MENCARI ILMU ATAU NGELMU?

Pengen Ilmu Atau Ngelmu?

Kenapa ada orang biasa tapi digugu ucapannya?
Kenapa ada orang kelihatannya hebat tapi nggak digugu ucapannya? Kenapa ada guru yang digugu dan ditiru? Dan kenapa ada guru yang nggak digugu dan nggak ditiru?

Sebetulnya itu semua karena datang dari hatinya. Bersihnya hati membuat segala ucapannya mampu menghipnotis dirinya sendiri serta orang lain.

Suatu misal seperti ini, ada seseorang memiliki kemampuan untuk menerima segudang teori ilmu. Tapi ketika disampaikan kepada orang lain, orang lain ternyata mental tidak mempraktekkannya. Ada seseorang yang tidak pandai dalam hal teori, tapi ketika memberikan sebuah ilmu banyak orang yang mempraktekkannya.

Pertanyaannya, mau ilmu atau ngelmu? Ilmu itu adalah cahaya. Kenapa orang terdahulu bilang al-ilmu Nuurun. Ternyata benar ilmu itu Bisa masuk kalo kita memberikan cahaya kepadanya, jadi kalo disamakan dengan ilmu metafisika bahwa cahaya itu bisa masuk kedalam ruang gelap ketika ada cahaya, walaupun kenyataanya memang cahayanya itu kecil adanya.

Beda dengan orang yang pengen ngelmu. Semua dimasukkan, semua dipahami tapi tidak dipraktekkan. Mereka belajar ngelmu hanya untuk menjawab sebuah pertanyaan dan ketika bisa menjawab akan dikira dirinya pintar. Beh… Syetan memang punya segala macam cara untuk membolak-balikkan hati ini. Naudzubillah min dalik.

Saya pernah memiliki beberapa guru yang menurut saya memang pantas saya jadikan guru. Walupun kenyaatannya seorang anak kecil yang lugu tapi berucap dengan segala kebenarannya. Karena bagi saya seorang guru itu harus bisa memahami murid-muridnya. Selalu mengajak kebaikan bukan kerusuhan.

Saya lebih senang memiliki seorang guru yang rendah hati, yang selalu menjaga lisannya, dan tak pernah berusaha menyakiti perasaan hati muridnya. Dan ketika muridnya salah, ia akan menegur dengan ke-ilmuannya.

Contoh, pernah guru saya bercerita dalam sebuah perjalanan ke pasuruan. Berkunjung ke makam abahnya dan kakak ipar beliau yaitu Yi Hamid Pasuruan. Yai bilang, “pernah ada seorang murid dari kak Hamid yang jarang solat, nakal, bandel, sukanya main. Kakak Hamid memanggil murid tersebut dan langsung memberikannya sarung. Cara beliau begitu halus, walaupun kenyatannya memang pada saat itu si murid tidak langsung mengerjakan sholat. Tapi setelah lama kelamaan si murid tergugah hatinya dan memperbaiki diri menjadi lebih baik. ”

***

Sebetulnya mendapat sebuah ilmu itu mudah, bisa mengambil dari siapa saja. Buktikan dan rasakan maka ilmu itupun masuk kedalam sukma. Makanya tidak jarang ketika ilmu selalu dilogikakan sebagian banyak orang yang mental. Karena memang ada beberapa ilmu yang nggak bisa dilogikakan dengan akal.

Saya sendiri termasuk orang yang nggak gampang memiliki seorang guru. Dalam guru spiritual contohnya. Karena memang awalnya saya berguru dengan abah yai kala itu. Sampai sekarang saya belum menemukan sosok seorang guru yang karismatik dan tawaduk seperti beliau.

Kalo temen-temen punya sosok guru yang begitu tawaduk, nggak cinta dunia, justru malah dunia cinta dia. Boleh referensikan ke saya, saya ingin menimba ilmu kepadanya. Karena saya lagi mencari sosok guru yang bisa ngemong diri saya.

makanya dalam hal ini dalam mencari sebuah ilmu kita tak sepantasnya melihat sebelah mata.  Karena guru sejati dalam hidup ini adalah hati kita sendiri.

Tinggalkan komentar